Selasa , 4 November 2025
Oplus_131072

Anak Ibu Pertiwi

Oleh: Syahrizul
(Cendekiawan Muda Riau)

Di Indonesia, masih sering terdengar istilah “sekolah favorit,” dan itu nggak bisa dipungkiri memang ada alasan dibaliknya. Sekolah-sekolah yang punya reputasi bagus, fasilitas lengkap, dan banyak prestasi, sering kali jadi incaran para orang tua.

Mereka berharap anak-anaknya bisa mendapat pendidikan yang terbaik di sekolah tersebut. Sayangnya, fenomena ini menunjukkan kalau pendidikan di Indonesia masih belum merata.

Sementara sekolah-sekolah di kota besar atau di Pulau Jawa terus berkembang pesat, banyak sekolah di daerah terpencil yang masih berjuang dengan keterbatasan fasilitas dan sumber daya.

Kenapa bisa begini? Salah satu alasan utamanya adalah ketimpangan distribusi anggaran dan fasilitas pendidikan. Sekolah-sekolah di kota besar, terutama di Pulau Jawa, mendapatkan lebih banyak dukungan karena dekat dengan pusat ekonomi dan pemerintahan.

Sementara itu, sekolah-sekolah di daerah luar Jawa atau daerah terpencil sering kali kekurangan fasilitas dasar, seperti ruang kelas yang layak atau akses internet yang memadai. Akibatnya, kualitas pendidikan yang diterima siswa sangat tergantung pada lokasi sekolah mereka, yang membuat istilah “sekolah favorit” semakin menggema.

Padahal, setiap anak di Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas, tanpa memandang tempat tinggal atau latar belakang ekonomi. Agar itu bisa terwujud, pemerintah perlu fokus untuk meratakan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia, tidak hanya di daerah yang sudah maju.

Dengan distribusi anggaran yang memadai, perlu peningkatan fasilitas di sekolah-sekolah terpencil, dan pengembangan kualitas pengajaran yang merata, kita bisa berharap suatu saat nanti, nggak ada lagi yang namanya “sekolah favorit” karena semua sekolah bisa memberikan pendidikan terbaik untuk anak bangsa.

Selain itu, guru-guru yang diangkat oleh pemerintah kerapkali enggan bertugas di daerah terpencil. Mereka dengan berbagai cara berupaya pindah ke kota karena di kota fasilitas relatif lebih lengkap dan bisa berkarir lebih baik.

Sebagai akibatnya Kemudian, sekolah-sekolah pemerintah di kota mengalami kelebihan guru. Sebaliknya di daerah terpencil mengalami kekurangan guru.

Anak Indonesia bukan hanya di perkotaan tapi juga di pedesaan yang jauh di ujung negeri, berbatas dengan negera lain, di pulau-pulau tanpa listrik, di lereng-lereng gunung nan tinggi, di lembah-lembah yang sunyi.Tanah yang selalu kita nyanyikan ” Dari Sabang sampai Merauke”.

Karena ketidaksanggupan negara melayani pendidikan, mereka mengubur mimpi dalam-dalam dan tak berani bercita-cita tinggi. Bahkan suatu ketika kami berkunjung ke salah satu dusun terpencil dan kami tanya apa keinginan anak-anak di sana.

Mereka menjawab hanya ingin bisa mengunjungi ibu kota kecamatan yang hanya sepi minuman teh dari tempat mereka.Inilah potret sebagian anak-anak negeri. Merdeka dalam teriakan terjajah di tanah kelahiran.Indonesia, kami anak-anakmu.(rls)

About Syaifullah Syaifullah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *