Minggu , 3 November 2024

Ganjar Tanggapi Puisi Viral Gus Mus

 

CALON Presiden (capres) Ganjar Pranowo bersilaturahmi ke kediaman KH Ahmad Mustofa Bisri atau biasa disapa Gus Mus di Rembang, Jawa Tengah, pada Senin (13/11). Keduanya melakukan pertemuan secara tertutup selama satu jam.

Ganjar yang mengenakan kemeja putih tiba sekira pukul 12.05 WIB, kemudian masuk ke kediaman Gus Mus untuk langsung berbicara empat mata. Lalu, 60 menit kemudian mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode itu tampak berpamitan dan keluar dari kediaman.

“Silaturahmi saja. Ceritanya kalau sama Abah (Gus Mus) itu cerita yang lucu-lucu, cerita yang membahas situasi-situasi yang kekinian dan enteng-enteng saja,” ujar Ganjar di ke Pondok Pesantren Raudlotut Thalibin, Leteh, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Dia mengaku bahwa silaturahmi tersebut sebetulnya sudah direncanakan cukup lama, yakni sebelum purna tugas sebagai gubernur Jawa Tengah lalu.
“Sebenarnya saya sudah janji mau sowan ke beliau sebelum selesai masa jabatan mau pamit. Tapi karena waktunya tidak cukup, dulu beliau umroh, baru kemudian jadwalnya hari ini saya sowan.

Alhamdulillah bisa bertemu,” paparnya.
Lantas apakah ada pesan khusus yang disampaikan Gus Mus kepadanya? Ganjar mengaku hanya berdiskusi dan didoakan saja oleh kiai sastrawan tersebut.”Hanya diskusi saja. Saya didoakan. Ya doa yang baik-baik,” tukasnya.

Disisi lain, Ganjar juga menanggapi santai soal viral puisi KH Mustofa Bisri yang menyinggung mengenai politik dinasti. Gus Mus membacakan puisinya di Taman Budaya Surakarta pada 30 Oktober 2023 lalu.

Dalam puisi itu Gus Mus mengatakan, ada sirup rasa jeruk dan durian. Ada kripik rasa keju dan ikan. Ada republik rasa kerajaan. Menurut Ganjar setiap orang berhak menafsirkan yang berbeda-beda atas puisi tersebut.

”Tidak perlu dibahas karena sebenarnya setiap puisi Gus Mus ya menceritakan situasi dan kondisi pada saat itu. Apakah kemudian itu sesuai dengan yang sekarang, orang boleh-boleh saja menafsirkan,” tambahnya.

Ganjar pun menceritakan pengalamannya membacakan puisi karya Gus Mus. Saat itu, banyak tanggapan negatif terhadap isi puisi berjudul Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana itu.”Saya masih ingat dulu waktu saya baca puisinya beliau saya juga dimarahi (netijen). Padahal puisinya bagus banget,” ungkapnya.

Namun, Ganjar mengamini jika puisi Gus Mus punya kekuatan untuk meluruskan kondisi yang bengkok, dan memperbaiki yang rusak.”Setidaknya dengan puisi, dengan kalimat, dengan kata-kata yang halus, mudah-mudahan perasaan orang akan tersentuh untuk selalu iling lan waspada (ingat dan selalu mawas diri),” tegasnya. (wir)

 

Foto: Tim Media Ganjar Pranowo

About Linda Agustini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *