Senin , 13 Januari 2025
Terlihat rumah makan milik, Jon sepi pengunjung dampak dari ekonomi masyarakat saat ini terpuruk. zul

Ekonomi Masyarakat Lemah, Pengusaha Rumah Makan Terancam Gulung Tikar

KUBA (pekanbarupos.co) — Hasil produksi kelapa sawit milik petani di Kecamatan Kubu dan Kubu Babussalam, Kabupaten Rokan Hilir dalam tiga bulan terakhir mengalami penurunan cukup drastis. Hal tersebut dipicu masuknya musim trek yang terjadi sejak bulan Oktober 2023 hingga bulan Januari 2024.

Ditambah saat ini musim banjir membuat harga jual Tandan Buah Segar (TBS) mengalami penurunan harga dari Rp 1.700 perak per kilo gram (Kg) sebelumya kini menjadi Rp 1.600 perak per kilo gram (Kg).

Kondisi ini juga sangat berimbas terhadap pengusaha kuliner Rumah Makan (RM) yang ada di Jalan Jendral Sudirman, Kepenghuluan Rantau Panjang Kiri, Kecamatan Kubu Babussalam. Sejumlah pengusaha rumah makan mengaku omset menurun karena daya beli masyarakat lemah akibat dampak ekonomi yang cukup merosot.

Salah seorang pengusaha, Rumah Makan Jon mengaku, omset penjualan saat ini sangat menurun. Bahkan jangankan untuk meraup untung besar, menggaji karyawan sudah kesulitan. “Kalau musim sekarang ini, penjualan sangat menurun, menggaji karyawan saja sudah kesulitan, ini memang ampun kalau saat ini,” keluhnya.

Menurut Jon, ekonomi masyarakat menurut akibat hasil produksi petani kebun sawit jauh menurun, ditambah kondisi banjir membuat petani kesulitan dalam mengeluarkan hasil produksi untuk dibawa ke toke penampung TBS.

“Rata-rata penghasilan masyarakat di Kubu dan Kuba bersumber dari perkebunan kelapa sawit, sekarang hasil produksi sawit trek, secara otomatis berimbas betul terhadap ekonomi masyarakat, apalagi penghasilan masyarakat hampir 70 persen dari perkebunan kelapa sawit,” ujarnya.

Diuraikan Jon, biasa penjualan rumah makan miliknya yang ia kelola dalam per hari mencapai Rp 2000.000 (dua juta rupiah) bahkan mencapai Rp 2.500.000 (dua juga lima ratus) di saat hasil produksi petani sawit memadai.

“Kalau sekarang mencari penjualan Rp 1.800.000 (satu juta delapan ratus ribu rupiah) per hari saja berat. Menu-menu yang kita sajikan biasa tiap hari sudah banyak kita kurangi, pengunjung sepi, jangankan mau cari untung, dapat bayar gaji karyawan per bulan lepas saja sudah alhamdulillah,” keluhnya.

Himpitan ekonomi yang menghantui masyarakat membuat warga pikir-pikir makan di rumah makan. Biasanya, banyak warga dari daerah desa-desa berkunjung dirumah makan untuk makan siang sekarang sudah sunyi. “Tak salah juga masyarakat, memang ekonomi sekarang sangat sulit betul, hasil panen sawit trek, harga juga murah, jadi daya beli itu juga lemah, imbasnya tetap kepada pedagang seperti kami ini,” ujarnya.

Sementara itu Camat Kubu, Dr. Syafrizal SAg.MIS mengungkapkan hal senada, saat ini ekonomi masyarakat memang sangat terpuruk disamping buah trek banjir yang terjadi juga berimbas terhadap produksi petani.

“Banyak kebun sawit petani yang tak berbuah, musim trek, ditambah musim banjir lagi, saat ini masyarakat cukup mengeluh betul ekonomi, semoga banjir ini cepat surut, hasil produksi petani kembali normal, apalagi kecamatan kubu ini penghasilan terbesar dari perkebunan kelapa sawit,” pungkasnya. (zul)

 

About Linda Agustini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *