KAMPAR (pekanbarupos.co) — Perayaan puasa enam dan ziarah kubur sudah menjadi tradisi setiap tahun bagi masyarakat Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Bahkan perayaan puasa enam dan ziarah kubur ini boleh dikatakan lebih besar dan semarak jika dibandingkan dari hari raya Idul fitri.
Hal itu disampaikan mantan Gubernur Riau (Gubri) Brigjen TNI (Purn) H Edy Natar Nasution SIp saat menghadiri undangan masyarakat melaksanakan perayaan puasa enam di Desa Sungai Tonang Kabupaten Kampar. Rabu (17/4). Dikatakannya, jika kegiatan perayaan puasa enam dan ziarah kubur tersebut juga merupakan terbesar dan satu-satunya di Indonesia.
“Secara pribadi saya juga merasa bangga bisa hadir mengikuti perayaan puasa enam dan ziarah kubur bersama Masyarakat di Kabupaten Kampar ini. Semoga kedepan saya bisa terus ikut dan merayakan sesuai tradisi yang dijalankan,” katanya.
Mantan Danrem 031 Wira Bima ini juga menjelaskan, jika dari berbagai kegiatan yang dilalukan dalam perayaan puasa enam dan ziarah kubur ini penuh dengan nilai-nilai kebesaran. Dimana selama ia mengikuti kegiatan itu, ia mencatat ada empat nilai-nilai kebesaran. Yaitu, edukasi, tradisi, tholabul Ilmi dan Silahrieahmi.
Untuk edukasi, tradisi, tholabul Ilmi dan Silahrieahmi ini, kalau dipelajari kegiatan ini merupakan rangkaian dari kegiatan puasa bulan Ramdhan lalu yang dilanjutkan dengan enam hari puasa pada bulan syawal dan dirayakan pada hari ke tujuh Syawal.
“Kegiatan ini sudah dilakukan dari orang tua-tua dulu yang artinya memberikan edukasi, pembelajaran kepada anak cucu saat ini dalam membesarkan agama dan menjaga hubungan baik antar sesama. Khususnya dalam berpuasa, baik dalam Ramdhan maupun di bulan Syawal yang amal ibadahnya cukup besar,” jelasnya.
Lebih jauh ia mengatakan, 30 puluh tahun lebih ia diluar Riau juga banyak cara yang dilakukan masyarakat usai menjalankan puasa enam, tapi tidak sebesar di Kabupaten Kampar ini.
“Seperti di daerah Jawa, ada di Jepara, Kudus, Magelang, Madura Sumsel dan lainya masyarakatnya juga membuat kegiatan pada puasa enam ini. Tapi juga tidak sebesar di Kabupaten Kampar.
Saya berharap kegiatan ini terus menjadi tradisi turun menurun sampai ke anak cucu kita kedepan sesuai yang diharapkan para orang tua kita sebelumnya yang melaksanakan kegiatan ini,” tutupnya.(dre)