Oleh: Tiara Olivia dan Windhi Juiani Busri
(Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Padang)
TERDAPAT dua negara yang memiliki cermin ajaib. Pertama, cermin ajaib yang berada di Musseum Spessar di Jerman dan cermin ajaib Ratu Agung yang berada di Istana Siak Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia.
Meski begitu, tentu saja terdapat sejumlah perbedaan diantara kedua cermin ajaib tersebut. Dalam dongeng Snow White yang melegenda, terdapat kisah cermin ajaib. Ternyata, cermin tersebut diabadikan di Musseum Spessar di Jerman.
Cermin ajaib antik dari abad ke-18 yang dikenal dengan istilah “Cermin Berbicara” merupakan barang terkenal sebagai hadiah diantara para bangsawan pada masanya.
Cermin yang konon katanya bisa berbicara itu merupakan salah satu produksi pabrik Kurmainzische Spiegelmanufaktur di daerah Lohr am Main, Jerman.
Berbeda dengan cermin ajaib Permaisuri Agung di Istana Siak. Konon katanya siapapun yang bercermin dengan cermin itu, wajahnya menjadi cantik, cerah, dan awet muda serta aura kecantikannya seketika terpancar.
Namun pada kesempatan kali ini penulis hanya akan membahas secara lebih dalam mengenai cermin ajaib Ratu Agung di Kerajaan Siak.
Sebelum membahas tentang cermin ajaib, penulis akan mengulas sedikit mengenai seluk beluk Istana Siak.
Siapa yang tak kenal Kerajaan Siak Sri Indrapura dengan bangunan yang megah, kokoh, awet, dan menawan. Istana yang berjuluk Istana Matahari Timur itu terletak di Pesisir Timur Sumatera, tepatnya di Buantan.
Kesultanan Siak Sri Indrapura juga ikut mewarnai sejarah Islam di Bumi Melayu. Nama kerajaan ini merupakan perpaduan istilah-istilah dalam bahasa melayu dengan pengaruh India-Sanskerta.
Siak berarti seorang petapa yang taat beragama. Sementara sri, indera, dan pura berarti cahaya, raja, dan kota. Kerajaan Siak Sri Indrapura adalah kerajaan melayu Islam yang berdiri pada tahun 1723 Masehi dengan pendiri dan sekaligus sultan pertamanya yaitu Raja Kecik.
Sebelum berdiri sendiri, dahulunya kekuasaannya berada dibawah naungan Kerajaan Johor. Maka kerajaan Siak dibangun atas perpecahan internal dengan Kerajaan Johor.
Sementara berakhirnya kerajaan ini dikarenakan Sultan Syarif Kasim II tidak memiliki penerus dari keempat permaisuri. Alasan lainya yaitu adik dari sultan Syarif Kasim II tidak ingin menjadi seorang raja dan ia memilih pindah ke Singapura untuk hidup layaknya orang biasa.
Saat ini Istana Siak Sri Indrapura sudah berstatus sebagai cagar budaya dan ditetapkan pada tanggal 3 maret 2004 dan difungsikan sebagai museum penyimpanan peninggalan raja-raja Siak.
Peninggalan yang dimaksud, yaitu meriam buntung, foto sultan, gromofon merek Komet, souvenir kerajaan, patung anjing yang menggigit kelinci dan burung, patung elang hitam dengan sayap terbuka, patung diorama, surat wasiat kerajaan, peralatan rumah tangga dan sebagainya.
Konon kabarnya banyak koleksi peninggalan berharga yang ada di istana mengandung penuh misteri. Salah satunya cermin Permaisuri Agung yang akan penulis bahas.
Cermin antik berukuran sedang milik Permaisuri Agung dipajang di salah satu ruangan di Istana Siak. Tepatnya, di ruang kristal di sudut kiri ruangan pada lantai dasar.
Cermin antik ini bukan terbuat dari kaca melainkan dari kristal yang konon dibuat di Turki. Cermin persegi delapan di kedua sisinya itu juga terdapat tempat untuk meletakkan lilin. Posisi tempat lilin bisa diatur, bisa dipanjangkan dan dipendekkan, atau digeser ke kanan dan ke kiri.
Cermin ini merupakan hadiah dari kesultanan Turki Utsamaniyah, lantaran sang Sultan Siak Sri Inderapura juga menjalankan pemerintahan yang sama dengan kekhalifahan Turki Ustmani.
Setelah dibuat, cermin antik itu lalu diberikan doa-doa atau dzikir yang dipercaya dapat mengabulkan setiap niat siapa yang bercermin disana.
Namun menurut salah satu versi lainnya, cermin kristal awet muda ini diberikan oleh Sultan Kerajaan Siak ke-12 yakni Sultan Syarif Kasim II kepada sang permaisuri yakni Tengku Agung.
Cermin diberikan sebagai pengganti alat kecantikan ‘make up’ yang memang belum ada pada zaman itu. Karena itulah sultan memiliki ide membuat cermin dengan ukuran lebar 30 centimeter dan panjang 40 centimeter.
Dalam pembuatannya, cermin ini konon awalnya ditempahkan ke Cekoslovakia dan setelah rampung dibuat lalu dikirim ke Istana Siak.
Entah mitos tersebut benar atau tidak, ternyata rahasia dari cermin misterius ini adalah bacaan dzikir sultan serta doa-doa yang kerap dibacakan agar permaisuri yang berkaca semakin terlihat cantik.
Lantas benarkah cermin ini memiliki khasiat seperti yang diceritakan banyak orang? Saran penulis silahkan kunjungi saja Istana Siak yang menjadi salah satu wisata sejarah di Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Akhir kata, penulis ingin menyampaikan bahwa sebuah bangunan yang tak bertutur, namun memberi konstruktif bertujuan agar generasi penerus bangga pada warisan leluhur.
Melalui “Istana Siak Sri Indrapura” pribumi wajib besar hati akan kekayaan nilai sejarah yang terkandung didalamnya. Bersendi pada pokok tersebut, maka cagar budaya ini patut untuk senantiasa dilestarikan.(***)